• Latest Stories

      What is new?

    • Comments

      What They says?

Teknik Bertanya Dalam Pelatihan


Saya tahu anda tidak tahu, saya kasih tahu Anda tahu saya tidak tahu, anda kasih tahu. Saya tahu anda tahu, kita sama-sama tahu Saya tidak tahu anda juga tidak tahu, sama-sama kita cari tahu.

Pendahuluan 

Kemampuan seorang pelatih untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan dalam suatu kegiatan latihan, sepintas lalu nampaknya tidak penting. Padahal, sesungguhnya justru itulah keterampilan yang sangat penting dan mutlak harus dikuasai oleh seorang instruktur. Nalarnya jelas, karena hakekat dari fungsi dan peran seorang instruktur dalam konsep pelatihan orang dewasa adalah juga sebagai fasilitator.

Tidak jarang ditemukan dan ini merupakan kelemahan umum yang ditemui dalam banyak kegiatan latihan, proses belajar menjadi mandeg atau bahkan “salah arah” hanya karena instruktur mengajukan pertanyaan yang tidak tepat pada saat dan cara yang tidak tepat pula. Di kalangan banyak instruktur pemula, bahkan terlalu sering ditemukan mereka yang jadi bingun dan gerogi di depan kelas karena “kehabisan perbendaharaan kata-kata untuk bertanya”. Dalam keadaan “panik dan bingung” seperti itu, biasanya mereka secara gampang saja langsung menyimpulkan pengalaman belajar para peserta, tentu saja menurut persepsinya sendiri, maka jadilan penilaian dan persepsi yang sangat subjektif.

Teknik bertanya dalam suatu kegiatan atau proses latihan, sebenarnya sederhana saja, yang terpenting adalah kesadaran untuk tetap taat asas pada prinsip latihan dan andragogi. Bahkan, tak ada salahnya bagi seorang instruktur untuk mengakui saja tidak tahu (atau berpura-pura tidak tahu) tentang suatu hal yang dipertanyakan oleh peserta dan melemparkan kembali pertanyaan tersebut untuk dijawab oleh peserta lainnya, demi memberi kesempatan kepada peserta untuk mengemukakan pendapat dan pengalaman mereka sendiri. Ini yang prinsip. 

Hal-hal Teknis

1.   Usahakan agar pertanyaan diajukan secara singkat dan jelas, jika perlu ulangi sekali lagi atau dua kali sampai jelas benar, terutama jika pertanyaan itu ditujukan pada salah seorang peserta.
2.  Namun jangan sampai pertanyaan semacam itu justru menjadikan peserta “gelagapan” atau gugup menjawabnya, dan karenanya hindari pertanyaan tendensius dan gaya bertanya menghakini (pelatih bukan interogator) kecuali pada kasus-kasus pelanggaran norma dan tata tertib.
3.   Dalam meneruskan sebuah pertanyaan dari seorang peserta ke peserta lainnya, hindari jangan sampai terjadi antara peserta yang bersangkutan malah terjadi “perang tanding” (berdebat langsung di luar kendali instruktur).
4.   Jika perlu, pertanyaan dari seorang peserta dikembalikan kepadanya lagi dengan pertanyaan balik seperti : “menurut anda sendiri bagaimana ?” (agar ia sendiri mau berfikir dan tidak menganggap instruktur sebagai orang yang tidak tahu segalanya).
5.   Dan beberapa hal lainnya lagi yang hanya bisa difahami setelah mengalami sendiri bagaimana pemandu sebuah kegiatan latihan, sesuai kondisi dan situasi yang ada.

Ada beberapa hal yang lebih teknis lagi sebagai pedoman, bentuk-bentuk atau jenis pertanyaan dasar yang paling sering digunakan dalam kegiatan latihan selama ini, antara lain sebagai berikut :
1.  Pertanyaan Ingatan
Dimana anda mengalami …………………………………..?”
Kapan hal itu terjadi ……………………………………….?”
Apakah hal semacam ini pernah terjadi pada anda ………..?”
Dengan mengalami ini, apakah bisa dikaitkan dengan
  pengalaman anda sebenarnya ……………………………...?”
2.   Pertanyaan Pengamatan
Apa yang sedang terjadi ?”
Apakah anda telah melihatnya ?”
3.   Pertanyaan Analitik (Urai Sebab-Akibat)
Mengapa perbedaan pendapat itu terjadi ?”
Bagaimana akibat kegiatan ini terhadap perilaku kelompok ?”
4.   Pertanyaan Hipotetik (Memancing Praduga)
Apa yang akan terjadi jika …………………………………..?”
Coba ramalkan apa akibatnya andaikata ……………………?”
5.   Pertanyaan Pembanding
Siapakah dalam hal ini yang benar ?”
Mana yang anda anggap paling tepat antara ……..dan …….?”
6.  Pertanyaan Proyektif (Mengungkap ke Depan)
Bayangkan jika anda menghadapi situasi seperti itu,
  apakah yang akan anda lakukan ?”
7.  Pertanyaan Tertutup (Menjurus ke Suatu Jawaban Tertentu)
Kita sebagai pelatih harus selalu melemparkan pertanyaan
  yang tidak menjurus, ya kan ?”


Seperti terlihat jelas pada contoh-contoh pertanyaan di atas, jelas sekali bahwa apapun bentuk atau jenis pertanyaannya, semuanya tetap bertolak dari “kata-kata kunci” pertanyaan yang peling pokok yaitu :
APA ……………………………?
SIAPA …………………………?
DIMANA ……………………...?
KAPAN ……………………..…?
BAGAIMANA ………………...?
MENGAPA …………………….?
  •  Kata-kata “apa”, “siapa”, “dimana”, dan “kapan” adalah kata tanya untuk mengungkapkan fakta.
  •  Kata kunci “bagaimana” adalah kata tanya untuk mengungkapkan baik fakta maupun pendapat (opini).
  •  Kata kunci “mengapa” adalah kata tanya untuk mengungkapkan pendapat. Atas dasar ini menjadi gampang jika ingin diterapkan dalam kegiatan latihan.
  •  Kata-kata kunci “apa”, “siapa”, “dimana”, dan “kapan” lebih digunakan pada pertanyaan tahap mengungkapkan dalam proses daur belajar pengalaman berstruktur karena tahap ini memang bermaksud mengungkap apa yang “senyatanya terjadi atau dilakukan oleh peserta”.
  •  Kata kunci “bagaimana” juga dapat digunakan pada proses ini dan proses menganalisa maupun menyimpulkan, tapi kata kunci “mengapa” lebih digunakan pada tahap menganalisa dan menyimpulkan saja, karena tahap ini memang sudah dimaksudkan untuk meminta pendapat peserta.
  •  Dikaitkan dengan bentuk atau jenis pertanyaan tadi, dapat dikatakan bahwa jenis pertanyaan “ingatan” dan “pengamatan” lebih digunakan pada tahap mengungkapkan. Jenis pertanyaan “analitik”, “hipotetik”, dan “permbandingan”, lebih digunakan pada tahap menganalisa, sementara jenis pertanyaan “proyektif” lebih banyak digunakan pada tahap menyimpulkan. Adapun jenis pertanyaan “tertutup” lebih digunakan pada saat instruktur akan menegaskan kembali kesimpulan peserta di akhir kegiatan latihan.
sumber: http://www.andragogi.com

    About FASDEM

    Adds a short author bio after every single post on your blog. Also, It's mainly a matter of keeping lists of possible information, and then figuring out what is relevant to a particular editor's needs.

    Penyakit Pertemuan Sering Dialami:

    SETIAP ORANG BERBAKAT, ORIGINAL & PUNYA SESUATU YANG PENTING UNTUK DISAMPAIKAN...


    Top