• Latest Stories

      What is new?

    • Comments

      What They says?

Appreciative Learning ala Manikaya Sunday Kids

Minggu sore, 18 September 2011 lalu, berulang kali Ni Made Dwi alias Asti (12) memperhatikan layar telepon genggam di tangannya. Ia tak sedang membaca SMS atau melihat buku telepon, tapi ia memperhatikan jam. Asti,Yoga, Made Ari, Galih, Sintia, Billy, Made Dyanta, dan Andre sedang menanti seseorang di bale belajar Yayasan Manikaya Kauci (YMK). Orang yang ditunggu tak lain ialah Fasilitator Bobby (Fas Bob), pengasuh sanggar belajar Manikaya Sunday Kids (MSK).


Manikaya Sunday Kids Pamer Hasil Karya
Sanggar Belajar MSK dilaksanakan tiap hari Minggu. Biasanya pelajaran berlangsung mulai jam tiga sore. Sekarang telah lewat 20 menit. Rupanya Kak Bobby berhalangan hadir karena ada urusan yang tak dapat ditinggal. Sore itu seharusnya Asti dan kawan-kawan mendapat pelajaran cara buat video.

Fas Dav kebetulan hadir di sana, spontan menggantikan Fas Bob. Belajar bersama pun dimulai. Fas Dav memutar otak mencari-cari metode belajar yang asyik, sebab sebelumnya tak ada persiapan. Setidaknya metode dan pelajaran yang tak kalah asyik dibanding belajar cara bikin video.

“Mengenal Tanaman Sekitar Lebih Dekat”, begitu judul pelajaran yang ditulis di kertas plano. Sebelum memasuki pelajaran, diawali perkenalan. Seluruh peserta berdiri membentuk lingkaran. Di tengah lingkaran, Fas Dav berdiri memegan sebuah bola, terbuat dari gulungan kertas bekas. Bola dilempar secara bergantian. Setiap anak yang menangkap bola menyebut nama dan salah satu kegemaran.

Setelah perkanalan, Fas Dav meminta Dwi dan kawan-kawan memperhatikan bola yang digunakan. Bola itu terbuat dari kertas bekas. Fas Dav kemudian menanyakan perbedaan bola kertas dibanding bola plastik. Lalu, menanyakan pula kalau keduanya menjadi sampah, apa yang akan terjadi? “Bola kertas akan hancur, bola plasti nggak bakal hancur,” jawab mereka serentak.

Masing-masing anak diberi selembar kertas dan sebuah spidol. Setiap orang memilih salah satu tanaman yang paling disukai. Fas Dav meminta agar memperhatikan baik-baik tanaman tersebut. “Perhatikan daun, ranting, batang, pohon, akar dan bagian-bagian lainnya. Gambar dan tulis bentuk yang kalian lihat. Cium juga baunya. Beri keterangan,” kata Fas Dav.

Setiap anak tampak semangat, riang bergembira. Setengah jam kemudian riset kecil-kecilan selesai. Setiap orang diminta menceritakan tanaman yang digambar. Tak sulit bagi mereka menjelaskan detail bagian-bagian tanaman yang dipilih. Galih misalnya, ia menceritakan bunga jepun.

“Daunnya agak lebar dan panjang. Batangnya sebesar jempal kaki. Pohonya sebesar paha. Bunganya berwarna putih, biasa dipakai sembahyang. Tapi, saya juga pernah lihat  jepun yang besar dan tinggi. Warna bunganya juga ada yang ungu dan pink,” tutur Galih.

Usai mengenal tanaman lebih dekat, Fas Dav menyuguhkan permainan “berlayar bersama”. Peserta dibagi dua kelompok. Setiap kelompok diberi selembar koran bekas. Koran dibentangkan di lantai. Setiap anggota kelompok harus berdiri di atas koran. Tak boleh keluar. Koran diibaratkan kapal tengah berlayar dilaut lepas. Anggota tim adalah penumpanya.

Koran kemudian dilipat dua. Lalu, setiap kelompok mesti melakukan hal yang sama seperti di awal. Begitu seterusnya, koran dilipat sekecil-kecilnya. Semakin kecil lipatan koran, semakin erat mereka berpegangan satu sama lain agar tak ada penunpang jatuh.

Guratan senyum masih membekas di wajah-wajah sang bocah usai belajar. Ada keceriaan dibawa pulang. Dan, ada pelajaran terselip dibalik permainan. Semoga mereka mimpi indah malam ini. Sebab esok mereka akan masuk sekolah dalam rutinitas belajar seperti biasa.

***
Menurut Bobby Ganaris, pengasuh sanggar belajar Maikaya Sunday Kids, kegiatan belajar sudah dimulai semenjak setahun yang silam. Peserta ialah anak-anak sekitar kantor YMK. Sanggar ini dibuat sebagai bentuk kepedulian YMK terhadap anak-anak. Melalui kegiatan ini pula YMK lebih akrab dengan warga sekitar.

Andre Pamer Gambar Bonsai Sentigi
“Pada awal-awal dibuka, peserta mencapai 50 orang anak. Namun karena sudah banyak yang masuk SMP, mereka jarang ke sini. Selain itu, beberapa sudah pindah tempat tinggal mengikuti orang tua. Maklum, sebagian anak orangtuanya kaum urban,” kata Fas Bob.

Lebih lanjut, Bobby mengatakan, sanggar belajar Sunday Kids menekankan pada pentingnya belajar bersama. Macam-macam pelajaran disuguhkan, seperti Bahasa Inggris, lingkungan, melukis, fotografi, videografi, komputer, internet, dan lain-lain. Semua pelajaran dikemas dalam metode belajar sambil bermain.

“Pendidikan formal selama ini cenderung menggunakan pola kerja otak kiri. Misalnya, melalui pendekatan matematis, menghafal teks, dan memberikan nilai dengan angka dalam mengevaluasi hasil belajar anak. Di sini, kami seimbangkan dengan pola kerja otak kanan. Yah, melalui gambar, musik, permainan, kerja sama dan menghargai setiap potensi berbeda pada masing-masing anak,” tutur Fas Bob.

Tidak ada pengajar tetap di Sunday Kids. Melainkan, para aktivis YMK dan aktivis LSM lain di Bali yang peduli pendidikan anak. Mereka bergantian beri pelajaran. Jika kebetulan ada kawan-kawan pelukis yang main ke YMK, anak-anak diajari melukis. Jika yang mampir fotografer, anak diajari foto. Jika ada aktivis lingkungan, anak diajari pengetahuan lingkungan. Begitu seterusnya. Apa saja bisa diajarkan, tinggal metodenya diatur agar gampang dipahami anak. (mudda)

                                                                                                                                                 



About FASDEM

Adds a short author bio after every single post on your blog. Also, It's mainly a matter of keeping lists of possible information, and then figuring out what is relevant to a particular editor's needs.

Penyakit Pertemuan Sering Dialami:

SETIAP ORANG BERBAKAT, ORIGINAL & PUNYA SESUATU YANG PENTING UNTUK DISAMPAIKAN...


Top