Pelatihan yang dilaksanakan oleh suatu lembaga diklat pada umumnya diikuti oleh peserta orang dewasa. Sesuai dengan ciri orang dewasa yang mandiri, bertanggung jawab terhadap orientasi hidupnya sendiri dan ingin belajar untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi saat ini, maka dalam pelatihan perlu diterapkan pendekatan belajar orang dewasa (andragogi), yang lebih memusatkan perhatian pada peserta pelatihan (learner-centered).
Fasilitator adalah seseorang yang melakukan fasilitasi, yakni membantu mengelola suatu proses pertukaran informasi dalam suatu kelompok. Kalau peranan seorang ahli (expert) adalah menawarkan saran, khususnya tentang isi/materi suatu diskusi, maka peranan fasilitator adalah untuk membantu ”bagaimana diskusi berlangsung”. Secara singkat, tanggung jawab fasilitator adalah untuk lebih mengarahkan perhatian pada kelangsungan ”perjalanan” daripada terhadap ”tempat tujuan” (Bacal, 2007).
Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa pelatihan merupakan persoalan yang rumit dan untuk menjadi seorang pelatih tentunya harus memiliki kompetensi khusus, baik kemampuan konseptual (kognisi), kemampuan teknis (psikomotor) yang tak kalah pentingnya kemampuan moral (afektif). Berikut ini akan dijelaskan secara ringkas kemampuan yang mesti dimiliki oleh seorang trainer.
Pengertian
Orientasi yang dimaksudkan disini adalah suatu proses pemberian pemahaman kepada peserta, tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan latihan yang sedang diadakan. Pada hakikatnya orientasi yang dilakukan pada saat pelatihan adalah berusaha menjawab tiga pertanyaan penting, yaitu :
Wawancara apresiatif adalah inti dari proses AI. Ini membentuk dasar dari fase Discovery dan memberikan dorongan untuk sisa penelusuran. Meskipun masing-masing memiliki cara sendiri yang disesuaikan, berdasarkan pilihan topik afirmatif yang telah dibuat, ada struktur dasar yang telah ditemukan sangat efektif dalam berbagai macam situasi organisasi.
Minggu sore, 18 September 2011 lalu, berulang kali Ni Made Dwi alias Asti (12) memperhatikan layar telepon genggam di tangannya. Ia tak sedang membaca SMS atau melihat buku telepon, tapi ia memperhatikan jam. Asti,Yoga, Made Ari, Galih, Sintia, Billy, Made Dyanta, dan Andre sedang menanti seseorang di bale belajar Yayasan Manikaya Kauci (YMK). Orang yang ditunggu tak lain ialah Fasilitator Bobby (Fas Bob), pengasuh sanggar belajar Manikaya Sunday Kids (MSK).
6. Metode Eksperimental
Metode pembelajaran eksperimental adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran di mana siswa melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang dipelajarinya. Dalam metode ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri dengan mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang obyek yang dipelajarinya.
Siklus 4-D tidak satu-satunya cara berpikir tentang proses Appreciative Inquiry. Beberapa penulis telah menawarkan cara lain untuk melihat proses, model 4-I.
Initiate (Memulai)
Pada fase ini prinsip-prinsip AI diperkenalkan; tim kerja dibentuk, fokus pekerjaan secara keseluruhan ditentukan; rincian pekerjaan awal diputuskan.
|
David Cooperrider |
Appreciative Inquiry (AI) dikembangkan oleh David Cooperrider pada 1980-an. Ketika dia meraih gelar PhD, ia mewawancarai dokter terkemuka di Klinik Cleveland tentang keberhasilan terbesar mereka dan kegagalan. Dia tertarik pada cerita-cerita keberhasilan dan difokuskan secara eksklusif pada mereka. Saat ia melaporkan mereka kembali ke klinik mereka memiliki dampak besar-begitu banyak sehingga dewan Klinik meminta agar pendekatan yang sama digunakan pada 8000-pribadi yang utuh dalam organisasi.
Beberapa penulis telah melihat lima prinsip yang mendasari pendekatan Appreciative Inquiry. Mereka menunjukkan apa yang khas tentang Appreciative Inquiry dan menunjukkan tempat kekuatannya berasal dari.
1. Prinsip Konstruksionis
Terkadang banyak hal yang mempengaruhi kita memiliki masa depan gemilang? Beberapa berpendapat bahwa masa depan sangat ditentukan oleh kekuatan di luar kendali kami, yang lain menyatakan bahwa, dalam batas tertentu, kita menciptakan masa depan bersama.
Segala yang Anda tampilkan ketika presentasi—baik itu suara, slide maupun bahasa tubuh yang Anda tampilkan—adalah komunikasi. Karena itu, menampilkan bahasa tubuh yang baik menjadi penting. Demikian pula, menghindari bahasa tubuh yang kontra produktif terhadap presentasi Anda menjadi sebuah keharusan.
Presentasi dibuat untuk ditampilkan di hadapan audiens. Audiens yang tertentu. Mereka spesifik dan berbeda-beda pada setiap presentasi.
Mengenali siapa audiens Anda – yaitu orang-orang yang akan datang untuk melihat dan mendengarkan Anda – akan membantu kita memahami bagaimana mereka mencerna informasi, dan apa yang ingin mereka dengar dari sebuah presentasi. Keuntungannya? Anda bisa melakukan penyesuaian agar presentasi Anda mampu mempengaruhi audiens dengan efektif.
Berikut adalah presentasi inspiratif oleh Anies Baswedan di TEDx Jakarta. Presentasi ini bercerita sebuah program luar biasa “Indonesia Mengajar” yang mengajak anak muda terbaik Indonesia mengajar di daerah-daerah terpencil yang kesulitan mendapatkan guru. Para anak muda ini bersedia tinggal di daerah yang jauh, terpencil, dan tak jarang tanpa listrik maupun sinyal telepon.
Presentasi adalah sebentuk komunikasi. Komunikasi presentasi dilakukan secara terpadu: lewat suara, gambar, dan bahasa tubuh.
Dalam buku Psikologi Komunikasi, Jalaluddin Rakhmat mengutip definisi komunikasi dari Hovland, Janis dan Kelly sebagai berikut:
PENGAJAR = FASILITATOR ?
Ada kalanya pengajar harus berperan sebagai fasilitator karena tuntutan materi pelajaran atau masalah yang harus dirumuskan solusinya bersama.
Ini semata agar resolusi yang disepakati bersama mengikat semua siswa yang berarti “dari siswa, oleh siswa, untuk siswa”
Ini adalah pembelajaran dan pendewasaan efektif untuk melatih daya kritis dan kemampuan memecahkan masalah Definisi FASILITASI.
Kita sering tidak menyadari bahwa teknis fasilitasi seseorang merupakan faktor kunci keberhasilan (dan kegagalan) suatu program berbasis masyarakat yang menjadi trend program-program yang berasal dari funding asing-belakangan ini. Karena itulah masih banyak “penguasa program” yang dalam proses perekrutan pendamping masyarakatnya (Fasilitator, Tenaga Ahli dll) lebih menekankan pada persyaratan administratif di atas kertas dalam seleksi, seperti nilai IPK dan kemampuan teoritis – daripada kemampuan seni memfasilitasi dan latar belakang ilmunya.
Gagasan guru sebagai fasilitator bukanlah ide baru. Sebagai fasilitator, guru tidak diposisikan sebagai sumber pengetahuan tunggal yang serba tahu dan di lain pihak, murid dianggap sebagai “gelas kosong” yang tidak tahu apa-apa dan juga, tidak bisa mencari tahu. Sebagai fasilitator, guru “mempermudah” murid untuk mencari dan “memproduksi” pengetahuannya sendiri.
Prosedur :
- Sampaikan instruksi permainan ini: “tebak apa yang saya katakan”
- Sanbil menunjukkan jempol, trainer mengucapkan ini ayam
- Ketika menunjukkan telunjuk trainer mengucapkan yang ini sapi
Prosedur :
Sampaikan pada audience, buat kesepakatan diawal bila kita bertanya sesuatu maka audience harus menjawab dengan kata-kata yang disepakati.
Tanya kabar ini bisa bermacam-macam, missal:
Tujuan: pencairan suasana, kreatifitas, kompetisi
Jumlah peserta: 4-6 kelompok peserta
Peralatan: tisu gulung
Langkah-Langkah:
Tujuan:
Perkenalan peserta, merangsang otak kanan dengan menggunakan gambar
Jumlah peserta: 15-25 orang
Peralatan: 1 gulung tisu dan alat gambar
Tujuan: Memperkuat perkenalan (mengingat nama peserta lain), membangun keakraban.
Jumlah peserta: 18-25 orang
Peralatan: 1 (satu) buah kain sprei lebar
Langkah-Langkah:
Tujuan: Penguatan persatuan dan penyamaan persepsi untuk membangun komitmen.
Peserta: 15-50 orang
Langkah-Langkah:
Dalam konteks pendidikan, istilah fasilitator semula lebih banyak diterapkan untuk kepentingan pendidikan orang dewasa (andragogi), khususnya dalam lingkungan pendidikan non formal. Namun sejalan dengan perubahan makna pengajaran yang lebih menekankan pada aktivitas siswa, belakangan ini di Indonesia istilah fasilitator pun mulai diadopsi dalam lingkungan pendidikan formal di sekolah, yakni berkenaan dengan peran guru pada saat melaksanakan interaksi belajar mengajar.
Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata setiap orang untuk dapat berkonsentrasi pada satu focus tertentu hanyalah sekitar 15 menit. Setelah itu konsentrasi seseorang sudah tidak lagi dapat focus.
Dalam suatu pelatihan hal tersebut perlu mendapatkan perhatian yang serius. Seorang fasilitator harus peka ketika melihat gejala yang menunjukkan bahwa peserta sudah tidak dapat konsentrasi lagi. Apa yang harus dilakukan oleh seorang fasilitator ketika melihat gejala demikian? Berilah Ice breaking atau energizer.
Oleh Anwar Syarif
Apabila mendengar kata ”fasilitator” kebanyakan orang selalu mengaitkannya dengan pelatihan. Dalam kenyataannya peranan fasilitator tidak hanya berkaitan dengan pelatihan, tetapi juga penting pada bidang-bidang lain. Seorang petugas pemerintah atau LSM yang memimpin pertemuan kelompok masyarakat desa dalam merancang kegiatan untuk memperbaiki taraf hidup mereka juga disebut sebagai fasilitator.
Istilah-istilah untuk Pengelola Pelatihan
1. Instruktur berasal dari kata instructor dengan asal kata instruction. Secara bebas maka kata itu dapat diartikan sebagai orang yang memiliki kekuasaan untuk memberikan instruksi (perintah). Instruktur disini harus didengar, dipatuhi dan dikuti. Istilah ini lebih memiliki kesan otokrasi yang bernuansa top down. Istilah ini kerap kali digunakan pada lembaga dengan garis koordinatif yang kental, seperti TNI, namun paa beberapa lembaga istilah ini sudah mengalami pelamahan arti dari maksud yang disebutkan di atas.
Saya tahu anda tidak tahu, saya kasih tahu Anda tahu saya tidak tahu, anda kasih tahu. Saya tahu anda tahu, kita sama-sama tahu Saya tidak tahu anda juga tidak tahu, sama-sama kita cari tahu.
Prolog
Sudah menjadi kebiasaan di setiap pelatihan, ketika memulai melaksanakan sebuah training (latihan) terlebih dahulu dimulai suatu segmen peleburan dan pendahuluan yang kemudian dikenal dengan “Ice Breaking dan Orientasi”.
- Pertama sampaikan peraturannya kepada audience. Setelah semuanya paham barulah dimulai. Kalau perlu berilah contoh/praktekan sekali saja.
- Kata kunci kita pada permainan ini adalah instruksi : “Ikuti Apa Yang Saya Katakan” peserta disuruh mengikuti kata-kata trainer. Trainer bisa memilih beberapa benda atau hewan untuk disebutkan, misalnya:
Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Melalui sekolah, siswa belajar berbagai macam hal.
Kecerdasan dapat kita pahami sebagai kemampuan sesorang untuk melakukan sesuatu. Kemampuan manusia seringkali hanya diukur dari segi kognitif semata, yaitu hal-hal yang dapat diukur dengan angka.